Tugu Pahlawan Surabaya, Sejarah Perjuangan Meraih Kemerdekaan Melawan Penjajahan Kolonial 

    Tugu Pahlawan Surabaya, Sejarah Perjuangan Meraih Kemerdekaan Melawan Penjajahan Kolonial 

    Hari Kebangkitan Nasional baru saja kita lalui bersama. Ini merupakan momen dimana bangsa Indonesia pada tahun 1908 mulai membangkitkan semangat perjuangan untuk meraih kemerdekaan. 

    Hari Kebangkitan Nasional pada tahun 2022 ini berusia ke-114 memiliki tema “Ayo Bangkit Bersama!”. Tema ini merupakan seruan kebangkitan bersama bangsa Indonesia setelah berjuang menghadapi pandemi Covid-19 yang telah berlangsung selama dua tahun lebih. 

    Berkaitan momen bersejarah tadi, kami menemui saudara-saudara ipar yang berdomisili di Surabaya, sekaligus melanjutkan perjalanan menyusuri Tugu Pahlawan Surabaya. 

    Perjalanan ini tiada yang berarti tanpa mengunjungi Tugu Pahlawan dimana diarea tersebut juga terdapat Museum 10 November, sebagai saksi bisu bersejarah perjuangan arek-arek suroboyo melawan penindasan penjajahan belanda. 

    Sebelum berangkat ke Tugu Pahlawan dengan berjalan kaki dari penginapan lebih kurang 1 kilometer menuju jalan raya. Kemudian memesan taksi online, untung pengemudi online tadi bertanya, mau kemana pak. Kami menjawab, mau ke Tugu Pahlawan. 

    Kagetlah pengemudi taksi online, namanya Eko Sulistyo sekilas wajahnya mirip artis Sudjiwo Tedjo ini.  "Untung saya bertanya tadi, kalau tidak nyasar ke terminal Purabaya. Karena di aplikasi terpilih Terminal Purabaya bukan Tugu Pahlawan, " ujar dia, khas dialeg Suroboyo. 

    Kami membalas dengan meminta maaf sudah salah memilih lokasi, untungnya pengemudi taksi online ini berbaik hati membatalkan lokasi tujuan pertama dan mengantar kami sampai ke Tugu Pahlawan. 

    "Kalau dekat tak antar kamu keliling ke lokasi kerajaan Majapahit, " ujarnya singkat  

    Lagi-lagi kami main selonong boy alias masuk tanpa permisi, memang dasar udik ya hehehe... 

    Tangan ini begitu cekatan membuka pagar, kemudian memotret lokasi-lokasi sekitaran Tugu Pahlawan, terutama patung sang Proklamator Soekarno Hatta. Begitu asyik memotret, tiba-tiba datanglah petugas keamanan menegur kami, "pak-pak, masuk dari mana, " kata petugas keamanan tadi. 

    Bergegas kami keluar lokasi, menghampiri petugas tadi, "maaf pak, berapa tiket masuknya, " jawab kami. 

    Petugas tadi menuturkan, bukan masalah tiketnya pak, museum di seluruh Indonesia setiap hari Senin itu libur. 

    Mendengar penjelasan tadi kami baru nyadar, kalau layanan operasional Museum setiap hari Senin libur. 

    "Bapak asalnya dari mana, " tambahnya singkat. 

    "Kami dari Makassar Sulawesi Selatan, " jawaban kami kepada petugas keamanan. 

    Sontak kami meminta maaf, "iya, ya maaf pak, padahal waktu di Museum Trinil kemarin sudah diinformasikan khusus hari Senin museum itu libur. 

    Petugas tadi berinisiatif meminta izin kepada pegawai museum, "Bu ini ada pengunjung dari Makassar mau masuk lokasi Tugu Pahlawan, apakah diperbolehkan. 

    Ibu yang berseragam coklat, ciri khas Pegawai Negeri Sipil tadi mengangguk membolehkan kami masuk. "Terimakasih bu, terimakasih pak, " ucap kami kepada pegawai dan petugas keamanan Tugu Pahlawan yang melayani pengunjung dengan hati, bukan emosi. 

    Bergegas kami masuk Tugu Pahlawan, melanjutkan aksi jepret-jepretnya. Dibawah terik matahari kami meneruskan aksi pengambilan foto. Patung tokoh proklamator masih menjadi lokasi pertama dalam pengambilan foto. Patung ikonik ini didirikan di dekat puing-puing pilar gedung Pengadilan Tinggi yang dipakai di zaman penjajahan kolonial. 

    Mengabaikan sengatan matahari di siang bolong, sekira pukul 11.30 WIB melanjutkan dokumentasi ke Tugu Pahlawan dan sekitar lokasi. 

    Puas mengitari lokasi, kami tak menyia-nyiakan momen berfoto depan mobil bersejarah peninggalan Bung Tomo. Mobil buatan Jerman, tahun pembuatan 1956, merek Opel Kapitan. Nomor Mesin K25L55-23585K itu masih terlihat kokoh sebagaimana sang empunya, Bung Tomo. 

    Sejarahnya, Tugu Pahlawan didirikan pada tanggal 10 November 1951 dan diresmikan pada tanggal 10 November 1952 oleh Presiden RI, Ir. Soekarno, dengan tujuan untuk mengenang sejarah perjuangan para pahlawan kemerdekaan bangsa Indonesia dalam pertempuran 10 Nopember 1945 di Surabaya.

    Tugu pahlawan ini memiliki tinggi 41, 15 meter. Diameter atas 1, 3 meter, sementara diameter bawah 3, 1 meter.Bentuk tubuh tugu ini serupa lengkungan-lengkungan sebanyak 10 dan terbagi dari 11 ruas. Angka 10 dan 11 dalam bangunan ini melambangkan peristiwa pada tanggal 10 bulan 11 (November). 

    Berhadapan dengan Kantor Gubernur Provinsi Jawa Timur, Tugu Pahlawan dibangun di atas kawasan alun-alun yang berupa lapangan rumput dan dikelilingi oleh pepohonan rindang. Kehijauan kawasan alun-alun semakin lengkap lewat kehadiran taman bunga yang berwarna-warni. 

    Untuk memanjakan pengunjung, dibuatlan fasilitas berupa trotoar berkanopi di sekeliling area alun-alun, keberadaannya semakin memanjakan pengunjung kala menelusuri kawasan Tugu Pahlawan. Kondisi kebersihan trotoar sangat terjaga. Bahkan trotoar dilengkapi pula oleh tempat duduk nyantai bagi pengunjung. 

    Selanjutnya, pada tanggal 10 November 1991 mulai dibangun Museum Sepuluh November dengan luas 1366 m2 pada kedalaman 7 meter di bawah permukaan tanah di areal Kompleks Tugu Pahlawan, Jl. Pahlawan-Surabaya yang bertujuan untuk mendukung keberadaan Tugu Pahlawan serta melengkapi fasilitas sejarahnya dan diresmikan pada tanggal 19 februari 2000 oleh Presiden RI, KH. Abdul Rahman Wachid. 

    Kokohnya Tugu Pahlawan di jantung kota Surabaya untuk mengenang jasa perjuangan para tokoh bangsa di masa lampau dalam memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia. 

    Tanpa mereka saat ini kita tidak akan merasakan manisnya kebebasan dan kemerdekaan.

    Begitulah kira-kira kisah singkat kami menyusuri Tugu Pahlawan di Surabaya, semoga bermanfaat.

    Tugu Pahlawan Monumen 10 November
    Subhan Riyadi

    Subhan Riyadi

    Artikel Sebelumnya

    Jalan Poros Sidrap-Soppeng Segera Dikerja,...

    Artikel Berikutnya

    Kapolres Pangkep AKBP Ibrahim Aji Hadiri...

    Berita terkait

    Rekomendasi

    Mengenal Lebih Dekat Koperasi
    Kapolres Pelabuhan Makassar Pimpin Sertijab dan Kenal Pamit Pejabat Utama, Momen Penuh Harapan dan Semangat Baru
    Hendri Kampai: Indonesia Hanya Butuh Pemimpin Jujur yang Berani
    Inovasi KANDAYYA dan WIN DIESEL Semen Tonasa Bersinar di Panggung Internasional
    Kapolri-Panglima TNI Tinjau Kesiapan Program Ketahanan Pangan di Jawa Tengah

    Ikuti Kami