SULSEL - Juru Bicara Tim Pemenangan Nasional Ganjar-Mahfud, Jutan Manik tegaskan bahwa program 1 keluarga miskin 1 sarjana adalah program konkret yang akan meningkatkan sumber daya manusia (SDM) sekaligus entaskan kemiskinan secara masif.
"Education is the most powerful weapon you can use to change the world." Nelson Mandela.
Mengutip quote dari Nelson Mandela yang mengungkapkan bahwa pendidikan merupakan senjata yang paling ampuh untuk mengubah dunia. Melalui pendidikan, seseorang akan menjadi manusia yang seutuhnya, sehingga memiliki kecenderungan untuk memanusiakan manusia lainnya.
Jutan Manik menjelaskan bahwa beberapa masalah akses ke perguruan tinggi yang umum terjadi dan menjadi tantangan di Indonesia adalah persoalan kemampuan ekonomi di dalam sebuah keluarga yang secara tidak langsung juga berdampak pada rendahnya kualitas SDM.
“Pendidikan yang berkualitas tentu saja diharapkan demi kemajuan suatu bangsa, pendidikan bukan sekadar sebagai sarana ‘agent of change’ bagi generasi muda yang akan menjadi penerus suatu bangsa, tapi juga harus menjadi ‘agent of producer’ agar dapat menciptakan suatu transformasi yang nyata, ” ucap Jutan dalam keterangan pers tertulisnya kepada media Kamis, (23/11).
Melihat situasi dan dominasi permasalahan terkait orang tua yang tak mampu menyekolahkan anaknya hingga ke perguruan tinggi, Ganjar-Mahfud luncurkan program Satu Sarjana dalam Satu Keluarga Miskin.
Baca juga:
Tony Rosyid: Harlah PPP Rasa NU
|
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk miskin pada Maret 2023 sebesar 25, 90 juta orang dan apabila di bagi 5 maka sekitar 5, 18 juta keluarga miskin yang ada di Indonesia.
Dengan masa jabatan 5 tahun, Jutan menilai program ini akan sangat berdampak bagi keluarga miskin di Indonesia.
Di samping pemberian BLT kepada penerima manfaat yang didata secara jelas, program 1 Keluarga Miskin 1 Sarjana dinilai akan berdampak luas, baik secara peningkatan SDM dan juga peningkatan ekonomi sebuah keluarga.
Sebagai contoh, tidak jarang di Indonesia seorang anak yang telah lulus sarjana menjadi tulang punggung bagi keluarganya. Hal itu kerap terjadi dikarenakan seorang anak tersebut mampu bekerja di Perusahaan setelah menyelesaikan strata sarjananya yang secara tidak langsung, itu juga akan memutus rantai kemiskinan di keluarga tersebut.
Dengan siklus seperti di atas diharapkan anak terpandai dalam sebuah keluarga miskin didorong untuk masuk perkuliahan untuk mampu bersaing di dunia pekerjaan hingga mampu mendongkrak posisi keluarganya hingga masuk pada status sosial level menengah.
Menurut Jutan, “Ide dan gagasan 1 keluarga miskin 1 sarjana tersebut muncul atas pengalaman dan perjuangan Ganjar dengan keterbatasan ekonomi dalam meraih Gelar Sarjana Hukum di UGM.”
Selain karena pengalaman pribadi Ganjar, kita harus mengakui bahwa fakta lapangan banyak sekali nasib orang yang berubah karena pendidikan. Sehingga, hal nyata ini baik untuk diprogramkan dan disebarkan secara menyeluruh untuk mengubah pola pikir dan nasib masyarakat Indonesia, khususnya yang berkategori tidak mampu.
Di dalam kontestasi Pilpres 2024, Calon Presiden, Ganjar dan Calon Wakil Presiden, Prof. Mahfud menjadi salah satu kandidat yang bisa dipertimbangkan untuk dipilih karena di dalam sejarah program yang dibuat oleh pemimpin di Indonesia, program dengan pengalaman nyata biasanya akan tereksekusi dengan baik. Selain itu, bukti nyata prestasi Ganjar sebagai Anggota DPR RI dan Gubernur Jawa Tengah sangat menunjukkan betapa Ganjar sangat konsisten dalam memberantas kemiskinan lewat pendidikan.
“Semoga niat baik Ganjar dan Prof. Mahfud MD dalam berkontribusi secara nyata untuk Indonesia, menjadi semangat juang yang nyata bahwa kita bisa mengubah status sosial menjadi lebih baik agar bisa berkarya untuk bangsa di masa depan, ” pungkasnya. (**)